Kamis, 22 Desember 2016

Video Pembelajaran Volume Tabung



dalam video diatas, kami membuat 4 sceen yang terdiri dari:
sceen 1 : Pembuatan Agar-agar
sceen 2 : Lari Bersama
sceen 3 : Pembelian Beras
sceen 4 : Penjelasan

untuk naskahnya sebagai berikut:

NASKAH VIDEO
Tema     : Volume Tabung
Judul     : Mengaplikasikan volume tabung dalam kehidupan sehari-hari
Pemain :- Ayu Putri R                      sebagai Ayu
                 -Delvi Maya S                    sebagai Delvi
                 -Nabila Ismi F                    sebagai Nabila
                 -Naely Fauziyah               sebagai Naely
                 -Ni Kadek Desilia             sebagai Kadek
                 -Riska Gusmayanti          sebagai Riska

no
Scene
Tempat
Pemain
Dialog
1
pembukaan


Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali permasalahan yang sering kita temui
2
permasalahan 1
Dapur
Desi dan Nabila
permasalahan pertama
Kadek
Yuk  mulai aja yu masak agarnya
Nabila
ini bahan-bahannya ini aja kan ? Agar ,gula sama air aja kan?
Kadek
iyaa itu aja, eh kita mau masak satu agar? itu berapa air yaa?
Nabila
Mmm?  kalo disini sih 700 ml
Kadek
700, segimana yaa ? Gimana ngukurnya yaa? Kalo pake gelas, berapa gelas yaa?
Nabila
Mmm berapa yaa?

3
permasalahan 2
Lapangan
Ayu, Desi,Nabila, Dan Riska
Permasalahan Kedua
Kadek
Yu  bentar dulu Yu
Ayu
Haduhh
Kadek
Yu aku cape Yu!
Ayu
sama, aku juga cape banget
Kadek
haus engga Yu!
Ayu
haus banget!
Kadek
yang lain?
Ayu
hey kalian! Mau minum dulu engga
Nabila
yuk, ku haus nih
Riska
kalian bawa minum engga?
Kadek
Aku bawa, tapi udah abis
Ayu
Aku dikit lagi
Riska
tadinya aku mau minta
Nabila
aku juga habis , mau beli aja engga?
Kadek
beli aja yuk? Tapi patungan, siapa yang mau beli?
Ayu
kamu aja Ka?
Riska
yaudah sini! aku aja yang beli
Kadek
duit mu dulu!
Riska
yaudah deh
Kadek
hati-hati yah!
yuk kita tunggu sini aja yuk?
kita tunggu sini!

beberapa saat kemudian
Riska
nih, adanya yang satu setengah liter, wadahnya mana?
Ayu, Kadek, Nabila
ini!
Riska
 Mau dibagi, atu giman?
Kadek
bagi!
Ayu
Bagi rata aja
Kadek
mau rata,  engga mau dia lebih banyak
Riska
jadi gimana dong?
Kadek
gimana ya?

4
permasalahan 3
Dapur
Ayu, Riska
Permasalahan Ketiga
Ayu
aduh laper nih, Ka! Kamu punya nasi gak? Aku laper nih
Riska
ih aku udah kehabisan beras Yu
Ayu
Yaudah beli aja yuk?
Riska
boleh, nih aku ada wadah berasnya, kira kira berapa kilo yaa biar bisa penuh?
Ayu
yaah kira kira butuh berapa yaa biar bisa penuh?
Riska
Mmm?

5



Untuk Menyelesaikan Permasalahan Permasalahan Tersebut, Silahkan Simak Video Berikut
6
penyelesaian
ruang kelas

Delvi
 itulah sebagian permaslahan yang sering kita temui dalam  kehidupan sehari-hari.
Naely
untuk permasalahan pembuatan agar-agar, kita harus mengetahui takaran air yang tepat. Jika terlalu banyak ,dikhawatirkan agar-agar akan menjadi terlalu encer, jika terlalu sedikit dikhwatirkan agar-agar akan menjadi terlalu kental
Delvi
sedangkan dalam masalahan pembagian air minum, karena ada tiga orang yang membawa botol air minum dengan bentuk yang berbeda serupa tabung dan diharapkan pembagian air minum sama rata agar adil, maka penyelesaiannya adalah kita harus mencari tinggi dari botol air minum, jika setiap orang mendapatkan 500ml air
Naely
 untuk permasalahan pembelian beras hampir mirip dengan permasalahan agar-agar, kita harus mengetahui berapa banyak beras yang harus kita beli agar tepat  memenuhi wadah yang dimiliki
Delvi
 karena gelas ,botor air minum ,dan wadah beras berbentuk serupa tabung, maka ada satu solusi dari semua permasalahan tersebut
Naely
yaitu dengan penerapan volume tabung, untuk itu kita harus mengtahui bagaimana mencari volume tabung.
Delvi
kita akan menjelaskan bagaimana cara mencari volume tabung.
Naely
sebelum itu mari kita perhatikan video berikut ini.
Penayangan Video Volume Tabung
Naely
sebelumnya kita telah mempelajari beberapa volume bangun ruang, seperti prisma segiempar, segi lima, segi enam, dan segi-segi lainnya, jika banyak sisi suatu bangun ruang prisma itu tak hingga, maka bangun runag tersebut adalah bangun ruang segi n, dimana n tak hingga, yang kemudian akan kita sebut dengan tabung
Delvi
segi n tak berhingga pada prisma membentuk lingkaran, maka alas tabung adalah lingkaran , karena alasnya adalah ligkaran, maka volume tabung adalah luas alas kali tinggi dengan luas alasnya adalah luas lingkaran.
Naely
setelah kita mengetahui bagaimana cara mencari volume tabung, kita dapat mengaplikasikan hal tersebut untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan sebelumnya, dan permasalahan-permasalahan lainnya yang berhubungan dengan  volume tabung

Jumat, 16 Desember 2016

Menggabungkan Dua Foto dengan PhotoShop

Before



 






After




Perubahan yang dilakukan:


  • Memberikan efek gelap pada perpustakaan dengan menggunakan filter dalam photoshop.
  • Mengubah warna kerudung orang dari biru menjadi coklat menggunkan adjusment dalam photoshop.
  • Mengubah warna rok orang dari abu-abu cerah menjadi abu-abu gelap menggunakan adjusment dalam photoshop.
  • Menggabungkan Dua Photo yang telah disdit terlebih dulu menjadi satu buah foto.
  • Mengatur kadar cahaya, kecerahan, kontras dan efek agar foto terlihat nyata. 

Edit Foto dengan PhotoShop

Before 





After





Yang telah diubah dari foto sebelumnya:

1. Mengganti Awan

Awan yang sebelumnya polos tanpa warna diganti dengan awan biru cerah dari foto yang lain.

2. Mengganti Kolam

Kolam diganti dengan pantulan foto yang telang diedit dan direfleksikan.

3. Menghilangkan Objek yang Tidak Perlu

Menghilangkan objek-objek tidak perlu seperti orang dan benda-benda yang dapat merusak objek fokus.
Yang dihilangkan dari foto sebelumnya adalah 
       1. orang berbaju merah didekat tangga kiri gedung, 
       2. orang duduk di tangga depan gedung dan 
       3. orang yang duduk dan membawa bendera didekat tangga kolam.

4. Mempercantik

mempercerah warna rumput dan mempercerah warna gedung

RELIABILITAS

1.  Pengertian

Reliabilitas berasal dari kata reliability berarti kepercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, dan konsistensi. Miller(2008) mengatakan “reliability is an estimate of test consistency”. Reliabilitas instrumen berarti kepercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, dan konsistensi suatu instrumen. Reliabilitas instrumen pada umumnya, dianggap sama dengan reliabilitas hasil ukur. Artinya, berapa kali pun instrumen tersebut dipakai untuk melakukan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama dan aspek-aspeknya tak diubah diasumsikan akan diperoleh hasil yang relatif sama.
Menurut Brennan (2001: 295) reliabilitas merupakan karakteristik skor, bukan tentang tes ataupun bentuk tes.Menurut Sumadi Suryabrata (2004: 28) reliabilitas menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Hasil pengukuran harus reliabel dalam artian harus memiliki tingkat konsistensi dan kemantapan.
Reliabilitas dapat juga berarti indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas menunjukan kemantapan dan konsistensi hasil pengukuran. Suatu instrumen dikatakan memiliki angka reliabilitas yang tinggi apabila instrumen tersebut digunakan untuk mengukur sesuatu secara berulang-ulang, mrnunjukan hasil yang sama dan dalam kondisi yang sama.
Kerlinger (1996) memberikan beberapa batasan tentang reliabilitas, yaitu: 1) reliabilitas dicapai apabila kita mengukur himpunan objek yang sama berulang-ulang dengan istrumen yang sama atau serupa akan memberikan hasil yang sama atau serupa, 2) reliabilitas dicapai apabila ukuran yang diperoleh dari suatu instrumen pengukuran adalah ukuran “yang sebenarnya” untuk sifat yang diukur, dan 3) keandalan dicapai dengan meminimalkan galat pengukuran yang terdapat dalam suatu instrumen pengukuran. Berdasarkan uraian diatas, instrumen dikatakan reliabel jika instrumen tersebut memiliki sifat konstan, stabil atau ajeg. Jadi, alat ukur dinyatakan reliabel apabila diujicobakan terhadap sekelompok subyek akan tetap sama hasilnya, walaupun dalam waktu yang berbeda, dan/atau jika dikenakan pada subyek lain yang sama karakteristiknya dan hasilnya akan sama juga.

2.  Jenis-jenis reliabilitas


Walizer (1987) menyebutkan bahwa ada dua cara umum untuk mengukur reliabilitas, yaitu:

1. Relibilitas stabilitas. Menyangkut usaha memperoleh nilai yang sama atau serupa untuk setiap orang atau setiap unit yang diukur setiap saat anda mengukurnya. Reliabilitas ini menyangkut penggunaan indicator yang sama, definisi operasional, dan prosedur pengumpulan data setiap saat, dan mengukurnya pada waktu yang berbeda. Untuk dapat memperoleh reliabilitas stabilitas setiap kali unit diukur skornya haruslah sama atau hampir sama.

2. Reliabilitas ekivalen. Menyangkut usaha memperoleh nilai relatif yang sama dengan jenis ukuran yang berbeda pada waktu yang sama. Definisi konseptual yang dipakai sama tetapi dengan satu atau lebih indicator yang berbeda, batasan-batasan operasional, paeralatan pengumpulan data, dan / atau pengamat-pengamat.

Menguji reliabilitas dengan menggunakan ukuran ekivalen pada waktu yang sama bias menempuh beberapa bentuk. Bentuk yang paling umum disebut teknik belah-tengah. Cara ini seringkali dipakai dalam survai.Apabila satu rangkaian pertanyaan yang mengukur satu variable dimasukkan dalam kuesioner, maka pertanyaan-pertanyaan tersebut dibagi dua bagian persis lewat cara tertentu. (Pengacakan atau pengubahan sering digunakan untuk teknik belah tengah ini.) Hasil masing-masing bagian pertanyaan diringkas ke dalam skor, lalu skor masing-masing bagian tersebiut dibandingkan. Apabila dalam skor kemudian skor masing-masing bagian tersebut dibandingkan. Apabila kedua skor itu relatif sama, dicapailah reliabilitas belah tengah.

Reliabilitas ekivalen dapat juga diukur dengan menggunakan teknik pengukuan yang berbeda. Kecemasan misalnya, telah diukur dengan laporan pulsa. Skor-skor relatif dari satu indikator macam ini haruslah sesuai dengan skor yang lain. Jadi bila seorang subyek nampak cemas pada ”ukuran gelisah” orang tersebut haruslah menunjukkan tingkatan kecermatan relatif yang sama bila tekanan darahnya yang diukur.
Miller (2008) mengklarifikasikan reliabilitas instrumen kedalam tiga kategori, yaitu stability, equivalece, dan internal consistency. Ketiga kategori tersebut meiliki teknik dan prosedur pengukurannya masing-masing sebagaimana dipaparkan dalam tabel berikut.
Reliabilitas
Metode
Prosedur
Stabilitas
Tes ulang (test-retest)
Tes yang sama tetapi dilakukan pengulangan dalam waktu yang berbeda.
Ekuivalensi
Tes paralel
Dua alat ukur yang relatidf sama diberikan kepada peserta didik yang sama dalam waktu yang relatif sama.
Konsistensi internal
Tes belah dua
Alat ukur diujicobakan ke peserta didik, kemudian butir soal dianalisis atas dasar belah dua, misal butir ganjil dibandingkan dengan butir genap.

Kuder-Richardson
Butir-butir alat ukur dianalisis dengan teknik analisis Kuder-Richarson.

3. Teknik-teknik  yang digunakan


a. Teknik Paralel (Paralel Form atau Alternate Form)
Teknik paralel disebut juga tenik ”double test double trial”. Sejak awal peneliti harus sudah menyusun dua perangkat instrument yang parallel (ekuivalen), yaitu dua buah instrument yang disusun berdasarkan satu buah kisi-kisi. Setiap butir soal dari instrument yang satu selalu harus dapat dicarikan pasangannya dari instrumen kedua. Kedua instrumen tersebut diujicobakan semua. Sesudah kedua uji coba terlaksana, maka hasil instrumen tersebut dihitung korelasinya dengan menggunakan rumus product moment (korelasi Pearson).

b.Teknik Ulang (Test Re-test)
Disebut juga teknik ”single test double trial”. Menggunakan sebuah instrument, namun dites dua kali. Hasil atau skor pertama dan kedua kemudian dikorelasikan untuk mengetahui besarnya indeks reliabilitas.Teknik perhitungan yang digunakan sama dengan yang digunakan pada teknik pertama yaitu rumus korelasi Pearson.

Menurut Saifuddin Azwar, realibilitas tes-retest adalah seberapa besat derajat skor tes konsisten dari waktu ke waktu. Realibilitas diukur dengan menentukan hubungan antara skor hasil penyajian tes yang sama kepada kelompok yang sama, pada waktu yang berbeda.

Metode pengujian reliabilitas stabilitas yang paling umum dipakai adalah metode pengujian tes-kembali (test-retest). Metode test-retest menggunakan ukuran atau “test” yang sama untuk variable tertentu pada satu saat pengukuran yang diulang lagi pada saat yang lain. Cara lain untuk menunjukkan reliabilitas stabilitas, bila kita menggunakan survai, adalah memasukkan pertanyaan yang sama di dua bagian yang berbeda dari kuesioner atau wawancara. Misalnya the Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MPPI) mengecek reliabilitas test-retest dalam satu kuesionernya dengan mengulang pertanyaan tertentu di bagian-bagian yang berbeda dari kuesioner yang panjang.

Kesulitan terbesar untuk menunjukkan reliabilitas stabilitas adalah membuat asumsi bahwa sifat/ variable yang akan diukur memang benar-benar bersifat stabil sepanjang waktu. Karena kemungkinan besar tidak ada ukuran yang andal dan sahih yang tersedia. Satu-satunya faktor yang dapat membuat asumsi-asumsi ini adalah pengalaman, teori dan/atau putusdan terbaik. Dalam setiap kejadian, asumsi ini selalu ditantang dan sulit rasanya mempertahankan asumsi tersebut atas dasar pijakan yang obyektif.

c.Teknik Belah Dua (Split Halve Method)
Disebut juga tenik “single test single trial”. Peneliti boleh hanya memiliki seperangkat instrument saja dan hanya diujicobakan satu kali, kemudian hasilnya dianalisis, yaitu dengan cara membelah seluruh instrument menjadi dua sama besar. Cara yang diambil untuk membelah soal bisa dengan membelah atas dasar nomor ganjil-genap, atas dasar nomor awal-akhir, dan dengan cara undian.

Menurut Saifuddin Azwar, realibilitas ini diukur dengan menentukan hubungan antara skor dua paruh yang ekuivalen suatu tes, yang disajikan kepada seluruh kelompok pada suatu saat. Karena reliabilitas belah dua mewakili reliabilitas hanya separuh tes yang sebenarnya, rumus Spearman-Brown dapat digunakan untuk mengoreksi koefisien yang didapat.

4. Pengujian Reabilitas


4.1.Reliabilitas Merupakan Koefisien Stabilitas Eksternal

Menurut Retnawati (2015) Reliabilitas eksternal diperoleh dengan cara mengolah hasil pengetesan yang berbeda, baik dari instrument yang berbeda maupun yang sama. Ada dua cara untuk estimasi reliabilitas eksternal suatu instrument yaitu dengan teknik ulang dan teknik paralel.

a. Metode Test Ulang (Test-Retest-Method)
Metode tes ulang adalah metode estimasi reliabilitas yang dilakukan dengan mengestimasi sebuah perangkat instrumen kepada kelompok peserta uji coba yang sama sebanyak dua kali. Hasil estimasi kedua pengujian selanjutnya dikorelasikan (Purwanto, 2007: 156).
b. Metode Bentuk Paralel (Equivalent/alternate form)
Metode paralel adalah estimasi reliabilitas yang dilakukan dengan cara membuat dua perngkat  instrumen yang paralel dan mengestimasikan sekaligus (Purwanto, 2007: 157). Salah satu indikator terpenuhinya asumsi paralel adalah setaranya korelasi antara skor kedua instrumen tersebut dengan skor suatu ukuran lain. (Azwar, 2007: 182).

4.2.Reliabilitas Merupakan Koefisien Stabilitas Internal

Estimasi reliabilitas dengan pendekatan konsistensi internal didasarkan pada data dari sekali pengenaan satu bentuk alat ukur pada sekelompok subjek (single trial administration) (Azwar, 2007: 182). Menurut Purwanto (2007: 159), jika dalam suatu instrumen terdapat butir soal dengan jumlah genap maka dapat menggunakan metode Belah Dua, Flanagan, atau Rulon. Sedangkan pada kasus lain jika butir soal berjumlah ganjil maka estimasi realibilitas dapat menggunakan Kuder-Richardson, Hoyt, dan Alpha Cronbach.

a. Jumlah Butir Genap

Metode pengujian reliabilitas atas instrumen  ini dilakukan jika suatu instrumen dapat dibelah menjadi dua bagaian sama besar. Metode yang dapat digunakan untuk mengestimasi reliabilitas butir soal genap antara lain: Reliabilitas dengan Rumus Spearman-Brown, Flanagan, dan Rulon.
untuk lebih memperjelas perhitungan koefisien reliailitas pada kelompok metode belah dua, ikuti contoh berikut. Data dalam Tabel 3 adalah hasil tes pada mata pelajaran Matematika dengan 10 butir soal pilihan ganda pada 5 orang anak.

1.  Reliabilitas dengan Metode Belah Dua
Metode ini dilakukan apabila guru atau pengembang instrumen tidak ingin mengujicobakan dua kali dan membuat dua perangkat yang paralel. Instrumen dibuat satu perangkat dan hanya diujikan sekali, tetapi selanjutnya butir dibelah menjadi dua. Metode belah dua (split half method) adalah metode pengujian reliabilitas yang dilakukan dengan cara membagi butir perangkat instrumen menjadi dua belahan, selanjutnya mengkorelasikan skor total kedua belahan. Setiap butir dalam instrumen harus mengukur hal yang sama, sehingga korelasi antara kedua belahan harus tinggi.
Menurut cara membelahnya, pembelahan dapat dilakukan dengan membelah butir dalam butir ganjil dan genap atau awal dan akhir. Misalkan pada instrumen yang terdiri dari 10 butir, pembelahan ganjil-genap dilakukan dengan mengelompokan butir 1,3,5,7,9 dalam belahan pertama dan butir 2,4,6,8,10 dalam belahan kedua. Pada cara lain, pembelahan atas dasar awal-akhir dilakukan dengan mengelompokan butir 1,2,3,4,5 dalam belahan pertama dan butir 6,7,8,9,10 dalam belahan kedua.

2.   Reliabilitas dengan Rumus Flanagan
Dalam teknik ini dilakukan pembelahan data menjadi dua belahan. Pembelahan dapat dilakukan atas dasar belahan ganjil-genap atau awal-akhir. Selanjutnya mengestimasi reliabilitas dengan menggunakan rumus:

  rxy = 2(1-((s₁²-s₂²)/st²))

Keterangan:
  rxy: koefisien reliabilitas
  s₁²: varians skor butir belahan pertama
  s₂²: varians skor butir belahan kedua
  st²: varians total

3.   Reliabilitas dengan Rumus Rulon
Rulon (1939) merumuskan suatu formula untuk mengestimasi reliabilitas belah dua tanpa perlu berasumsi bahwa kedua belahan mempunyai varians yang sama. Menurut Rulon (dalam Retnawati, 2015), perbedaan skor subjek pada kedua belahan tes akan membentuk distribusi perbedaan skor dengan varians yang besarnya ditentukan oleh varians eror masing-masing belahan menentukan varians eror keseluruhan tes, maka varians eror tes ini dapat diestimasi lewat besarnya varians perbedaan skor diantara kedua belahan. Formula Rulon dirumuskan sebagai:

   rxy = 1-(sd²/st²)

Keterangan:
 sd²: varians beda
 st²: varians total

b.Jumlah Butir Ganjil


Mengestimasi reliabilitas sebagai koefisien konsistensi internal dimana butir soal genap dapat menggunakan metode Kuder-Richardson , Hoyt, dan Alpha Cronbach.

1.Kuder-Richardson
Kuder dan Richardson merumuskan banyak formula reliabilitas. Metode iniditemukan oleh dua orang yang diabadikan menjadi nama rumusnya, yaitu Kuder dan Richardson. Keduanya membuat sejumlah rumus pengujian reliabilitas dan diberi nomor, adapun yang paling terkenal adalah formula KR-20 dan KR-21. Menurut Retnawati (2015), apabila peneliti memiliki instrument dengan jumlah butir pertanyaan ganjil, maka peneliti tersebut tidak mungkin menggunakan teknik belah dua untuk pengujian reliabilitasnya. Untuk itu maka peneliti dapat menggunakan rumus KR-20. Formula KR-20 adalah:

     

Keterangan:
n       : jumlah butir
st²     : varians total
p       : proporsi skor yang diperoleh
q       : proporsi skor maksimum dikurangi skor yang               diperoleh

Selain rumus KR-20 terdapat KR-21 yang dapat digunakan untuk menghitung koefisien reliabilitas. Rumus KR-21 adalah sebagai berikut.
          

Keterangan:
n     : jumlah butir
M     : rata-rata skor total
st²   : varians total

2. Alpha Cronbach
Menurut Retnawari (2015), Rumus Alpha Cronbach digunakan untuk mengestimasi reliabilitas instrument yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian. Rumus Alpha Cronbach yaitu:
              

Keterangan:
n   : jumlah butir
si² : varians butir
st² : varians total

3.Hoyt
Perhitungan koefesien reliabilitas menggunakan metode Hoyt dilakukan dengan rumus:
keterangan:
V(s) : Varians Responden
V(t) : Varians Total


c.Batas Keputusan Reliabilitas

Pembuatan keputusan apakah suatu instrumen dapat dinyatakan reliabel atau tidak didasarkan pada batas untuk membuat keputusan reliabilitas. Angka koefesien reliabilitas yang dihitung melalui berbagai metode pengujian reliabilitas masih harus dikonfirmasikan dengan batas tertentu untuk dapat ditafsirkan reliabel atau tidak. Instrumen dapat dinyatakan reliabel apabila koefisien yang diperoleh melalui perhitungan menggunakan metode pengujian reliabilitas tertentu lebih besar dibandingkan dengan batas keputusan reliabilitas.
Tidak ada anggka koefisien batas yang pasti yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan apakah suatu koefesien reliabilitas hasil perhitungan menunjukan reliabel atau tidak. Batas reliabilitas bersifat sangat relatif akan sangat tergantung pada kepentingan penilai atau pengumpul data. Menurut Azwar (1995:186), koefisien reliabilita harus diusahakan setinggi mungkin, namun koefisien yang tidk tinggi dapat dianggap cukup dalam pengukuran tertentu yang tidak digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang bersifat individual.
Gronlund dan Linn (1990:100-101) memberikan argumentasi yang lebih ekstentif. Menurutnya, derajat reliabilitas dalam pengukuran pendidikan sangat tergantung kepada keputusan yang akan dibuat. Beberapa pertimbangan dalam menentukan seberapa tinggi seharusnya sebuah reliabiliatas, disampaikan berikut.
Pertama, tingkat pentingnya keputusan. Apabila keputusan yang diambil berdasarkan skor yang dikumpulkan dari instrumen mempunyai konsekuensi yang sangat penting bagi responden maka menuntun instrumen dengan reliabilitas yang sangat tinggi. Sebaliknya, bila keputusan dari hasil instrumen tidak menimbulkan konsekuensi yang serius maka instrumen dengan reliabilitas yang lebih rendah dapat digunakan.
Kedua, dapat tidaknya keputusan diperbaiki dalam waktu yang cepat. Dalam tahap awal pengambilan keputusan pendidikan/reliabilitas yang rendah mungkin cukup karena kesalahan pengambilan keputusan dapat diperbaiki segera. Misalnya tes untuk pengelompokan siswa di mana siswa yang salah dikelompokan dapat dengan mudah dipindahkan jika terdapat bukti baru untuk memindahkan. Sebaliknya, bila keputusan membutuhkan waktu yang lama untuk memperbaiki maka intrumen untuk pengumpulan data harus mempunyai reliabilitas yang tinggi.
Ketiga,jaminan yang dibutuhkan sehubungan dengan keputusan yang dibuat. Jaminan yang lebih besar mempersyaratkan reliabilitas yang lebih tinggi.
Kerlinger (1996:722-723) memberikan petunjuk tentang batas untuk menafsirkan reliabilitas instrumen. Menurutnya, reliabilitas adalah koefisien determinasi, proporsi varians bersama antara skor yang diperoleh (observed score) dengan skor murni (true score). Oleh karenanya, penafsiran koefisien reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan tabel product moment setelah mengubah koefisien determinasi menjadi korelasi dengan mengakarkannya.
Aiken (1995:82) mengutarakan seberapa tinggi seharunnya koefisien reliabilitas yang diperoleh dari skor instrumen sangat tergantung pada apa yang akan dilakukan atas skor. Namun, dia memberikan beberapa petunjuk. Jika skor digunakan untuk menentukan apakah dua kelompok berbeda signifikan maka koefisien reliabilitas 0,65 sudah memberikan kontribusi dalam keputusan. Tetapi jika skor digunakan untuk membandingkan penampilan individu yang berbeda maka koefisien reliabilitas paling tidak 0,85.
Gronlun dan Linn (1990:80) menyatakan bahwa koefisien korelasi yang digunakan untuk menentukan reliabilitas dihitung dan ditafsirkan sebagai indeks korelasi sehingga batas koefisien reliabilitas adalah korelasi berdasarkan hasil konfirmasi dengan tabel korelasi product moment dengan jumlah sampel dan tingkat kesalahan tertentu. Pada hakikatnya indeks reliabilitas merupakan korelasi instrumen dengan instrumen itu sendiri (rn) untuk melihat apakah instrumen memberikan hasil pengukuran yang stabil dan konsisten. Oleh karena indeks reliabilitas merupakan korelasi hitung, maka batas kriteria reliabilitas adalah tabel korelasi. Bila rhitung > rtabel maka kedua skor hasil pengukuran  berkorelasi signifikan. Signifikan korelasi menunjukan adanya konsistensi, sehingga instrumen talah dapat dikatakan reliabel.

d.Kesalahan Standar Pengukuran.


Kalau validitas berhubungan dengan ketepatan instrumen dalam mengukur hasil yang diinginkan, reliabilitas lebih berhubungan dengan akurasi instrumen dalam melakukan pengukuran. Instrumen yang mampu mengukur hasil dengan akurasi dan presisi yang tinggi akan meminimalkan kesalahan instrumen dalam melakukan pengukuran. Instrumen yang mampu melakukan pengukuran secara akurat dengan tingkat kesalahan pengukuran yang rendah akan memberikan hasil pengukuran yang relatif konsisten dan stabil (reliabel).

Kesalahan standar pengukuran (standad eror of measurement atau SEM) adalah ukuran yang mencerminkan tidak akuratnya skor dari instrument yang digunakan untuk mengukur (Purwanto, 2007: 180). Semakin tinggi koefisien reliabilitas, maka instrumen semakin akurat dan makin rendah kesalahan standar pengukuran. Sebaliknya, semakin rendah koefisien reliabilitas maka makin tinggi kesalahan standar pengukuran dan makin tinggi cermatnya pengukuran. Dalam pengumpulan data hasil belajar dimana skor-skor akan dibandingkan secara individual sangat penting untuk memperhitungkan kesalahan standar pengukuran.
 SEM dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

       



Referensi

Timtoni, Ayu Arfiana. 2015. Mengestimasi Reliabilitas Instrumen. http://aynatimtoni.blogspot.co.id/2015/11/mengestimasi-reliabilitas-instrumen.html. diakses pada tangga 10 Oktober 2016
Zahrudin, H. Ma’mun. 2015. Validitas dan Reliabilitas http://evaluasipembelajaranelghazy.blogspot.co.id/2015/09/validitas-dan-reliabilitas.html. diakses pada tanggal 10 Oktober 2016
Sutama, Anik Ghufron.2011.Evaluasi Pembelajaran Matematika.Jakarta. Universitas Terbuka